Scientia sine sapientia est completa stultitia (Socrates).
Abstrak
Pembelajaran Mendalam
(PM) bukan sekadar pendekatan pedagogis, tetapi sebuah jalan untuk memuliakan
manusia melalui proses belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
Artikel ini mengangkat konsep PM dalam konteks pendidikan Indonesia, serta mengaitkannya
dengan nilai-nilai spiritual dan refleksi filosofis yang telah lama hidup dalam
tradisi keilmuan Islam. Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, PM
menjadi jembatan antara masa depan pendidikan dan warisan kebijaksanaan yang
telah lama ada.
Pendahuluan
Di tengah tantangan
pendidikan modern—rendahnya keterampilan berpikir tingkat tinggi, ketimpangan
akses, dan tekanan global—muncul kebutuhan akan pendekatan yang tidak hanya
mengajar, tetapi juga menghidupkan. Pembelajaran Mendalam hadir sebagai
jawaban: ia tidak sekadar mentransfer pengetahuan, tetapi membentuk manusia
yang utuh.
Namun, mungkin para
aktivis pendidikan, bahkan para guru tidak menyadari, bahwa konsep pendidikan
yang dikenal sebagai Pembelajaran Mendalam di era ini sejatinya sudah termaktub
dalam sabda Nabi Muhammad ﷺ:
“Barangsiapa meniti jalan untuk
menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para
Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridhaan kepada penuntut ilmu. Orang
yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan
yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti
keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah
pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka
hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil
bagian yang banyak.” (HR. Abu Daud no. 3157).
Konsep Pembelajaran
Mendalam
PM mengajak peserta
didik untuk mengalami pembelajaran secara utuh: melalui olah pikir, olah hati,
olah rasa, dan olah raga. Ia menumbuhkan kesadaran diri, relevansi hidup, dan
kebahagiaan belajar. Dalam tradisi Islam, ini sejalan dengan pandangan Imam
Syafi’i:
الإنسان حيوان الناطق، والإنسان حيوان المتعلم
“Manusia adalah
mamalia yang berbicara, dan manusia adalah mamalia yang terus belajar.”
(Abu Abdillah Muḥammad bin Idris asy-Syāfiʿi, 767-820 M)
Belajar bukan hanya
aktivitas intelektual, tetapi juga spiritual dan sosial. PM menempatkan peserta
didik sebagai subjek yang aktif, bukan objek yang pasif.
Mereka yang Berkata tentang Pembelajaran Mendalam
Al-Ghazali
“Pengetahuan tanpa tindakan adalah pemborosan, dan tindakan tanpa pengetahuan adalah kebodohan.” Kutipan ini menegaskan pentingnya integrasi antara ilmu dan amal, sejalan dengan prinsip bermakna dan berkesadaran dalam Pembelajaran Mendalam.
Ibnu Sina (Avicenna)
“Pengetahuan tentang apapun, karena semua hal memiliki penyebab, tidak diperoleh atau lengkap kecuali jika diketahui dengan penyebabnya.” Pernyataan ini mendukung pendekatan reflektif dan analitis dalam pembelajaran, yang mendorong peserta didik memahami secara mendalam, bukan sekadar menghafal.
Ibnu Khaldun
“Kunci pendidikan adalah keinginan siswa untuk belajar.” “Pendidikan membuat generasi menyerupai satu sama lain dan memungkinkan mereka bertindak secara harmonis.” Kutipan ini menekankan pentingnya motivasi intrinsik dan kesadaran kolektif, dua elemen inti dalam pembelajaran yang menggembirakan dan memuliakan.
Imam Malik
“Ilmu bukanlah dengan banyaknya riwayat. Ilmu tidak lain adalah sebuah cahaya yang Allah tempatkan di dalam hati.” Ini menggarisbawahi bahwa pembelajaran sejati adalah proses internal yang menyentuh hati dan jiwa, selaras dengan prinsip olah hati dalam PM.
Sufyan bin Uyainah
“Tahapan pertama dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya, dan kemudian menyebarkannya.” Kutipan ini mencerminkan struktur pengalaman belajar PM: memahami → mengaplikasi → merefleksi.
Kerangka dan
Praktik
PM dibangun di atas
empat elemen:
- Praktik Pedagogis: strategi seperti inkuiri, proyek, dan pembelajaran kontekstual.
- Kemitraan Pembelajaran: kolaborasi antara guru, peserta didik, keluarga, dan masyarakat.
- Lingkungan Pembelajaran: ruang fisik dan virtual yang mendukung budaya belajar.
- Pemanfaatan Digital: teknologi sebagai alat untuk memperdalam dan memperluas pengalaman belajar.
Pengalaman Belajar
yang Memanusiakan
PM mengajak peserta
didik untuk:
- Memahami: membangun pengetahuan dari berbagai sumber dan konteks.
- Mengaplikasi: menerapkan pengetahuan dalam kehidupan nyata.
- Merefleksi: mengevaluasi proses dan hasil belajar secara mandiri.
- Asesmen dalam PM bukan sekadar pengukuran hasil, tetapi bagian dari proses belajar:
- Assessment as Learning: refleksi diri dan sejawat.
- Assessment for Learning: umpan balik yang membangun.
- Assessment of Learning: capaian akhir yang bermakna.
Penutup
Pembelajaran Mendalam
bukan hanya strategi pendidikan, tetapi jalan pengabdian. Ia menghidupkan
kembali semangat belajar sebagai ibadah, sebagai jalan menuju kemuliaan. Dalam
dunia yang terus berubah, PM mengingatkan kita bahwa pendidikan sejati adalah
yang memuliakan manusia—dengan ilmu, dengan kesadaran, dan dengan cinta.
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَائِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
[ التوبة: 122]
Referensi:
Fullan, M., & Langworthy, M. (2014). A Rich Seam: How New Pedagogies Find Deep Learning. Pearson.
Al-Attas, S. M. N. (1980). The Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic Philosophy of Education. Kuala Lumpur: ABIM.
Ibnu Khaldun. (1986). Muqaddimah. Terj. oleh Pustaka Firdaus.
Al-Syaibani, O. M. al-Taoumy. (1979). Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Al-Qardhawi, Y. (2001). Islam dan Globalisasi Dunia. Pustaka Al-Kautsar.
Nata, A. (2016). Ilmu Pendidikan Islam. Prenada Media Group.
Al-Abrasyi, M. A. (1961). al-Tarbiyah al-Islamiyah. Kairo: al-Majlisu al-A’la li al-Suni al-Islamiyah.
Madjid, N. (1987). Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan. Mizan.
Kosim, M. (2012). Pemikiran Pendidikan Islam Ibnu Khaldun: Kritis, Humanis, dan Religius. Rineka Cipta.
Fullan, M., & Langworthy, M. (2014). A Rich Seam: How New Pedagogies Find Deep Learning. Pearson.
Biggs, J., & Collis, K. (1982). Evaluating the Quality of Learning: The SOLO Taxonomy. Academic Press.
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. Longman.
Burbules, N., & Torres, C. A. (2000). Globalization and Education: Critical Perspectives. Routledge.
Daryanto, S. K. (2017). Pembelajaran Abad 21. Gava Media.
Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya.
Hamalik, O. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara.
Suhandoko. (2024). 9 Quote dan Kutipan Terbaik dari Para Filsuf Muslim tentang Pendidikan. Viva Pendidikan
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia. (2025). Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua. bpmpkaltara.kemdikbud.go.id
Dhia Amira. (2023). 30 Kata-Kata Motivasi Belajar Islami yang Bijak dan Penuh Inspirasi. KapanLagi Plus
Sistem Informasi Kurikulum Nasional. (2025). Pembelajaran Mendalam. kurikulum.kemdikbud.go.id
GTK Kemendikbud. (2025). Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam. guru.kemdikbud.go.id
